Florence Nightingale Si Bidadari Berlampu
Florence Nightingale (12 Mei 1820 – 13 Agustus 1910) (Source Image : www.pinterest.com) |
Siapakah itu Bidadari Berlampu? Dia
itu Florence Nightingale (12 Mei 1820 – 13 Agustus 1910). Florence Nightingale
lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan dibesarkan dalam keluarga
berada. Namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan. Nama depannya,
Florence, merujuk pada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau
Florence dalam bahasa Ingrris.
Lantas bagaimana sampai ia disebut
‘Bidadari Berlampu?’, begini kisahnya. Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu
(bahasa Inggris The Lady With The Lamp) atas jasanya tanpa kenal takut
mengupulkan korban perang pada perang Krimea di semenanjung Krimea, Rusia tahun
1854. Dimana di situ berkobarlah perang tentara Inggris bersama Perancis
melawan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam dalam pertempuran,
namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para
prajurid yang sakit dan luka-luka.
Keadaan memuncak ketika seorang
wartawan bernama William Russel pergi ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian
TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di
tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya, “Apakah Inggris tidak
memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan
kemanusiaa yang mulia ini?”
Hati rakyat Inggris pun tergugah oleh
tulisan tersebut. Florence pun merasa terpanggil, ia menulis surat kepada
menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert untuk menjadi sukarelawan. Pada
pertemuan dengan Sidney terungkap bahwa Florence adalah satu-satunya wanita
yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan
karena peluru dan bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria
jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis
sukarelawan dan Florence menyanggupi.
Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama
38 gadis sukarelawan yang dilatih oleh Florence Nightingale dan termasuk
bibinya Mai Smith berangkat ke Turki menumpang sebuah kapal. Pada November 1854
mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari. Saat tiba di
sana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari pada apa yang mereka
bayangkan.
Dokter-dokter bekerja cepat pada saat
pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang
membahayakan hidup pemilik. Potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu
saja di luar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh tempat
lain. Bekas tangan dan kaki berlumuran darah menggunung menjadi satu dan
mengeluarkan bau tak sedap. Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh
Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk
membantu.
Ilustrasi : Florence Melakukan Perawatan & pengobatan (Source : artedecuidar.webnode.com.br) |
Florence Nightingale melakukan
perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur ara penderita di
dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang bergelimpangan di
luar ruah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling
tidak bernaung di bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda. Penjagaan
dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat; seperti :
- Perban diganti secara berkala
- Obat diberikan pada waktunya
- Lantai rumah sakit dipel setiap hari
- Meja kursi dibersihkan
- Baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk setempat.
Akhirnya
gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang manhusia pun selesai
dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam. Dalam waktu sebulan rumah
sakit sudah berubah sama sekali, walaupun bauhnya belum hilang seluruhnya namun
jerit dan rintihan prajurit yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat
sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah hilir-mudik di bawah pengawasan Florence
Nightingale.
Pada
suatu kali sat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara
datang melapor pada Florence Nightingale bahwa dari kedua belah pihak korban
yang berjatuhan banyak sekali. Florence Nightingale menanti rombongan pertama,
namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada bintara tersebut apa yang
terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa korban
selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap. Florence
Nightingale memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan
pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila
mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan
darah. Saat bintara tersebut terlihat enggan, Florence Nightingale mengancam
akan melaporkan kepada Mayor Prince.
Image: Angel Lighted
(Source : www.warrenpark.hants.sch.uk)
|
Berangkatlah
mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria hanya Florence
satu-satunya wanita. Florence Nightingale dengan berbekal lentera membalik dan
memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup
dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit Rusia. Malam itu mereka kembali
dengan membawa 15 prajurit, 12 prajurit Inggris dan 3 prajurit Rusia. Semenjak
saat itu terjadi pertempuran, maka pada malam harinya Florence berkeliling
dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia
terkenal dengan bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa
tertolong yang seharusnya sudah meninggal.
Selama
perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama “Bidadari Berlampu”. Pada
1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang Florence
Nightingale berjudul “Santa Filomena”, yang melukiskan bagaimana ia menjaga
prajurit-prajurit di ruah sakt tentara pada malam hari, sendirian dengan
membawa lampu. “Pada jam-jam jenuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu
untukku.”
Florence
Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857,
semuan orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia lakukan ketika
berada di medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupaka salah satu
tokoh yang paling terkenal setelah Ratu Victoria (baca kisah Victoria di sini). Florence Nightingale
pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington
Hotel di Piccadilly. Namun ia terkena demam, yang disebabkan oleh Brusselosis
(deman Krimea) yang menyerangnya selama perang Krimea.
***
Demikian, Kisah Bidadari Berlampu dari Italia. Anda juga bisa baca yang ini :
Belum ada Komentar untuk "Florence Nightingale Si Bidadari Berlampu"
Posting Komentar